Sabtu

Bom Syahid, Upaya Melepas Cengkraman Zionis

By : Hamdani 


Brigade Al-Qassam
Muqaddimah
Palestina merupakan negara yang sampai detik ini belum juga merasakan kemerdekaan, negara tempat berdirinya kiblat pertama umat Islam ini terus saja mendapatkan tekanan dari negara-negara Zionis, kebebasan mereka dirampas sehingga tidak pernah merasa tenang di negara sendiri.
Sudah sejak lama rakyat Palestina mencita-citakan berdirinya sebuah negara yang merdeka, terbebas dari intervensi negara asing, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk mewujudkan mimpi indah itu, mulai dari perundingan dilakukan yang sampai saat ini belum mencapai kata sepakat, sampai kepada peperangan pun mereka lakukan untuk tercapainya cita-cita mulia itu, tapi tentara-tentara Zionis masih saja berpatroli disana.
Salah satu bentuk perlawanan yang mereka lakukan  adalah dengan cara melakukan bom syahid. Walaupun sebagian kecil dari para ulama ada yang menganggap itu sebagai hal yang terlarang, bahkan ada yang mengharamkan, tapi mereka tetap berkeyakinan bahwa  ini merupakan salah satu bentuk jihad yang harus mereka lakukan untuk mengusir penjajah dari negeri mereka, mereka yakin bahwa para eksekutor bom syahid ini merupakan seorang pahlawan yang  sangat berjasa terhadap negara dan agamanya, dan berhasil mendapatkan cita-cita mulia mereka yaitu syahid.

Jumat

Mengurai Tinta Sejarah Yang Membeku Menjadi Realita

By : Riko Yuzi P

Semangat!!! sebuah kata yang selayaknya mengalir, di setiap pembuluh darah seorang pemuda muslim sejati. Menjadikan hari-hari indah dipenuhi warna warni   kehidupan yang imajinatif dan kreatif dari waktu ke waktu, serta jiwa kompetitif yang sportif. Mengapa? karena hakadza haddatsana diinuna al Islam. Islam mengajarkan agar kita senantiasa memiliki improvisasi dari hari ke hari. Hal inilah yang mengantarkan umat muslim ke kejayaan yang pernah diraih pada masa silam. Namun tidak semua muslim mampu mengenali faktor terpenting dibalik kejayaan itu.

Pentingnya Sebuah Gelar

By : Rudi Cp

Wajib belajar 9 tahun sudah lama dicanangkan oleh  pemerintah. Program itu terus berjalan sampai saat ini. Semua anak, layak mendapatkan pendidikan di bangku sekolah. Mereka diwajibkan belajar, dari sekolah dasar hingga sekolah tingkat keatas. Mungkin, yang ada di benak dan pikiran para pelajar ini hanyalah; belajar, naik kelas, kemudian lulus atau tamat. Mereka tak memikirkan hal lain selain itu. Setelah beranjak dewasa, bisa saja sedikit merubah paradigma mereka. Mereka mulai bertarung untuk mendapatkan predikat alis gelar, setinggi mungkin.

Kamis

Nilai Sebuah Prinsip, mengutip pesan moral dari "Emak Ingin Naik Haji"

By : Harun AR

     Film layar lebar Emak Ingin Naik Haji muncul di tengah maraknya dunia perfilman yang senantiasa menyuguhkan berbagai hiburan kepada konsumen di berbagai belahan dunia. Ia hadir dengan sajian yang berbeda dari yang lainnya, memuat nilai-nilai religius yang sarat dengan pengajaran. Film ini satu di antara film-film layar lebar yang sukses menarik perhatian jutaan penonton di berbagai penjuru tanah air, bahkan hingga masyarakat luar negeri, setelah beberapa film sebelumnya juga sukses mendapatkan peringkat teratas seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Dua karya fenomenal Kang Abik. Dan tak kalah dari yang sebelumnya, film ini berhasil menggugah hati dan akan meneteskan air mata bagi siapa yang menyaksikannya. Alur ceritanya yang sederhana dan tak jauh dari realita, berhasil membawa pemirsa seakan ada dalam cerita itu. Demikian juga cara penyampaian pesan-pesan moralnya yang    ringan, juga tak terkesan menggurui.

Catatan Si Ucok

By  : Q Ameen

Kalau dalam masalah prestasi gue adalah orang yang terlahir dengan kemampuan biasa-biasa aja. Dulu waktu di Madrasah 'Aliyah, jangankan untuk maju sebagai juara umum di sekolah, untuk jadi juara kelas saja susah. Nah oleh sebab itu gue tidak terlalu terkenal di kalangan para guru. Hehehe… kacian buanget dech….
Sebenarnya gue bukan tipe orang yang suka coret-coret buku, tapi ntah kenapa malam ini gue sangat terobsesi untuk jadi orang pintar, sehingga bikin susah tidur. Dan sepertinya hati ini kurang bersahabat, nggak tau juga sih penyebabnya apa, tapi yang jelas kata orang hati yang gundah disebabkan kurang baca Al-qu'an, ah nggak juga deh, bahkan dalam satu hari ini gue sudah membacanya dua juz, atau sekitar empat puluh halaman. Bisa jadi kurang komunikasi sama ortu kali ya?? Hmm… kayaknya juga nggak deh, masalahnya tadi siang ortu juga udah nelfon (hahaha… anak mami banget ciiiih… pake ditelfon sagala). Trus apa dong??... pusiiing…
Sepuluh hari lagi ujian smester ganjil bagi mahasiswa Al-Azhar strata satu akan segera dimulai. Hari-hari yang sangat menegangkan, and so pasti bagi semua mahasiswa yang berada dalam jenjang pendidikan strata satu, alias mahasiswa kacangan yang ilmunya masih ceker buanget (belajar kalo ujian).
Parahnya lagi gue masih punya hutang untuk tahun kemaren, naik dengan nilai pas-pasan dan menyisakan satu mata kuliah yang harus diulang bikin pertempuran smester ini makin berat. Harus ekstra hati-hati saat ini, sehingga tidak ada lagi mata kuliah yang tertinggal. Kalau masih ada yang harus diulang tentu saja pendidikan gue di negeri sampah (dimana-mana ada sampah boo…)  ini akan mandeg.
 Huft…
Meja bundar berwarna coklat kini dipenuhi buku-buku yang akan diujiankan, pena, pensil, kertas-kertas kecil sisa sobekan buku tulis, and kamus Mahmud Yunus turut ramaikan pertempuran akbar tahun ini. Tak ketinggalan HP butut kesayangan gue yang ikut andil nyegerin otak kalo udah blank, tentu saja dengan suaranya yang cempreng saat lantunin lagu-lagu pop, dangdut, kasidah ampe nasyid.
Yang harus diulang tahun ini apa Cok?? "Ucok" adalah sapaan gue oleh temen-temen almamater MAPK Koto Baru, sebenarnya nama asli gue Reyhan, wuss… Reyhan keren bener, mungkin karena kurang populer jadinya jarang banget yang manggil dengan nama asli gue, ato mungkin guenya aja yang mirip orang batak kali ya?? Heee… biarin, toh apalah artinya    sebuah nama.
Hmm… apa ya?? Di daftar kuliah sih Mantiq, mata kuliah yang bener-bener susah buat gue pahamin, mata kuliah yang bisa bikin gue mimisan mendadak. Tau nggak lo?? Tahun kemaren gue emang nggak bias jawab satu soal pun dari tiga yang ditanyain, kata orang tunnggu mukjizat aje, mukjizat opo?? Wong emang nggak dapat kok, nggak tinggal kelas aja udah sukur banget.
Masih gue inget pesan bokap waktu ingin ninggalin Indonesia kemaren, "Han menuntut ilmu itu tidak mudah, diibaratkan jika kau ingin makan gulai ayam, maka kau harus tangkap ayamnya, lalu kuliti dan potong-potong. Tak cuma itu, kau harus panjat pohon kelapanya dan kupas kulitnya lalu peras sari patinya, baru dimasak dengan ayam yang udah disiapin". hehehe… sebenarnya nasehat ini bikin gue geli kalo ngingetnya, ada-ada aja, kok menuntut ilmu disamain ama ayam, tapi itulah nasehat, bukankah orang Minang punya semboyan alam takambang jadi guru" yaa to…??.
Jam menunjukkan pukul 12 malam, suasana hening dikamar solah-olah ngasih gue semangat untuk makan semua buku di meja, seakan-akan dinding pun ngasih gue semangat supaya nggak ada lagi mata kuliah yang tidak gue baca. Ayo semangat… maju terus pantang mundur!!!
Akhirnya lembar demi lembar telah gue abisin tanpa sisa, dari satu buku pindah lagi ke buku lain, kalimat dan kata kini udah gue pahami, satu persatu nempel di memori gue, walaupun sebenernya mata dah ngantuk berat, tapi semangat tetap membakar. Sebenernya gue merasa aneh, kok tiba-tiba malam ini semangat gue seperti terbakar, jiwa muda gue bangkit, sifat pantang menyerah mencuat. Biasanya jam delapan gue udah molor dan hanyut dalam mimpi-mimpi indah. Tapi ya udah lah, yang penting sekarang gue udah berubah, dan perubahan itu bikin hati terasa nyaman dan tenang, karena sebagai seorang penuntut ilmu hendaknya kita emang harus bersungguh-sungguh. Cie cie rajin ni ye…
Titititi… tiliiiit… low bet…
Nggak terasa sekarang dah jam dua boy, sampai-sampai HP gue brontak minta makan alias di cas, karena dari tadi tiada henti dendangin and nyanyiin lirik-lirik syahdu buat gue. Kasiaaan…
Capeeekkk…
Mata kayaknya udah mulai lima wat nih, badan lemes muka pucat, gigi gemeteran karena dingin, sumatera tengah mulai demo. Huft… cukup sudah penderitaan gue malam ini, tapi untuk ilmu apapun akan gue lakuin. Hehe… Sebenernya gue udah mau tidur kalu bukan karena… Temen sekamar…

"Cok… Cok…. Ucok… hoi hoi hoi… jago jago… lah jam anam ha… ndak ka solat subuah gai ko??" Ha…!!!
"Bro buku ambo tadi ma??", "yang ma ko??", "itu yang di ateh meja bulek?? Angku rapian yo??" "malo ado buku di meja tu cok, manggigau angku mah, basuah lah muko tu dulu, wudhu, tu solat, lah ampia syuruq ha!", " loh, loh tapi tadi malam ambo kan baraja situ", "eling boy, angku se lalok siap isya, malo ka baraja sampai malam…"
"Ammaaaaaaaaaaaaak….. anak mu mimpi lagi….. ha………." ;

:::Dimuat di Buletin Inspirasi

Minggu

Rakyat Gaza Palestina Bantu Korban Mentawai dan Merapi

dakwatuna.com – Rakyat Gaza, Palestina, kembali menunjukkan rasa ukhuwah dan solidaritasnya kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang terus dilanda bencana, khususnya bencana tsunami di Mentawai dan letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Rakyat Gaza menyumbang masing-masing sebesar dua ribu dolar AS untuk korban tsunami dan letusan gunung Merapi.
Ziad Said Mahmud asal Gaza, kordinator bantuan kemanusiaan internasional Palestina dan juga Direktur Al-Sarraa Foundation menjelaskan, sumbangan untuk korban bencana di Indonesia merupakan hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah. Demkian ujar Ziad dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Ahad (31/10).
Lebih lanjut, Ziad menjelaskan, “Kami tahu, jumlah ini tidak seberapa dibandingkan kesusahan yang sedang dialami saudara-saudara kami di Mentawai dan Merapi. Tapi terimalah ini sebagai tanda cinta kami. Kita satu tubuh. Kalian sakit, kami ikut sakit, sebagaimana kalian merasa sakit ketika melihat kami sakit dan menderita karena dijajah Israel,”
Bantuan untuk korban Tsunami di Mentawai sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), sedangkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi juga sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Amirul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al-Aqsha.
”Insya Allah, bantuan dari rakyat Gaza, Palestina akan kami sampaikan kepada mereka yang berhak secara langsung dan saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepeduliannya kepada rakyat dan bangsa Indonesia,” ujar Ustad Ferry Nur.
Beberapa kali rakyat Gaza memberikan sumbangan untuk korban bencana di Indonesia. Sebelumnya pada 2006, rakyat Gaza juga memberikan sumbangan sebesar Rp 5 juta bagi korban gempa di Yogyakarta dan Klaten, Jawa tengah.
Begitu pula saat gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 skala richter di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, Sumatra Barat. Rakt Gaza tak lupa memberikan sumbangann yang diserahkan melalui pengurus KISPA. (Budi Raharjo/Rahmat Santosa Basarah/RoL)
 Sumber :http://www.dakwatuna.com/2010/rakyat-gaza-palestina-bantu-korban-mentawai-dan-merapi/http://www.dakwatuna.com/2010/rakyat-gaza-palestina-bantu-korban-mentawai-dan-merapi/

Selasa

Silaturrahim Laba-laba dan Merpati wilayah Sumbar

inilah potret gen 18 KNPa dan gen 8 KNPi yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang... di sela-sela pelaksanaan Mubes IKA-Mapokus di  kampus IAIN IB Padang 15 Mei 2010

Semakin se...............Pertahankan

Sabtu

Laba-laba's Day 2010 in Cairo

Akhirnya Laba-laba's day 2010, ajang kompetisi futsal, silaturrahmi dan tasyji' jelang imtihan term 2 berlangsung sukses. Atas koordinasi dari "kapten generasi" Fakhru Ridho, 18 orang anggota Generasi 18 yang berada di Mesir bisa hadir lengkap. Dan ini adalah suatu kesuksesan yang gemilang karena biasanya setiap kegiatan yang diangkatkan tak semua anggota generasi yang bisa hadir. Alfu mabruk kepada  kapten dan tim perumus yang sukses mencari moment waktu yang tepat untuk kegiatan ini.
Hal ini juga mendapat acungan jempol dan apresiasi yang luar biasa dari kakanda H. Al-Fakhri, Lc. Dipl. yang telah meluangkan waktunya untuk hadir dan sekaligus menjadi pemateri dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini diawali dengan kompetisi futsal segi tiga antara 3 tim, dan tiap sesi pertandingan berlangsung 2x10 menit. Pada pertandingan pertama tim A berhadapan dengan tim B, berakhir imbang 2-2. Pertandingan berikutnya tim A melawan tim C, dan berakhir dengan kemenangan tim C atas tim A dengan skor 4-1. Pada sesi terakhir  tim C berhadapan dengan tim B. Setelah berlangsung sengit akhirnya wasit meniup pluit panjang tanda usai permainan dengan skor imbang 1-1. Dengan demikian sukses sudah satu agenda Laba-laba's day 2010.
Acara dilanjutkan dengan kumpul bareng yang dipimpin oleh MC Riki Saputra. Diawali dengan pembacaan Al-Aqur'an oleh Muuhammad Furqany, dan dilanjutkan dengan sambutan dari kapten Fakhru Ridho. Dalam sambutannya sang kapten mengucapkan terimakasih atas nama Generasi 18 kepada kakanda Al-Fakhri yang telah meluangkan waktu beliau untuk hadir dalam acara ini, dan kepada seluruh anggota generasi yang telah sempat hadir. "Walau awalnya kami agak pesimis kita bisa hadir lengkap semua, karena melihat pengalaman yang sudah sudah, " demikian tuturnya.
Terik panas terasa kian menyengat, tapi tak mengurangi kehangatan dan semangat kawan-kawan. Acara sederhana ini tak lepas dari nuansa keakraban, canda dan tawa yang menjadi ciri khas generasi walau hanya berteduhkan satu  paying, mendengarkan taushiyah dari kakanda Al-Fakhri. Dalam kesempatan ini beliau memberikan apresiasi atas kekompakan generasi 18 yang berjumah 18 orang ini. Beliau menyampaikan harapan agar keakraban dan kekompakan ini bisa bertahan. Semua hadirin menyimak taushiyah beliau tentang 3B yang mesti ada bagi setiap mahasiswa Al-Azhar ini. 3B itu yakni Belajar, Bermasyarakat dan Bersinergi. Dan apa yang telah dilakukan oleh Gen 18 merupakan salah satu aplikasi dari B yang ke 2 yaitu bermasyarakat (ehem!). Taushiyah ringan dan segar ini disampaikan dengan santai tapi dengan bahasa yang 'mengena' oleh kakanda Al-fakhri, hingga tak ada yang merasa digurui, dan disimak dengan seksama. Sesekali diselingi humor dan tawa, hingga suasana terasa cair.
Acara ini ditutup dengan acara makan makan. Menikmati menu khas Mesir; Isy, full, tho'miyah, Syausukah, dan Sipsi, sederhana tapi nikmat karena dibubuhi bumbu keakraban.
Setelah berfoto-foto sejenak, lalu pulang.
Semoga Keakraban ini selamanya, Forever, Anywhere, and Together  [e'Q]

Minggu

:::Mozaik::: Rasa yang Tak Terlupakan



Hawa sore itu terasa dingin tak seperti biasanya, padahal ini baru awal datangnya musim dingin. Angin menari-menari mengayunkan cadar yang dikenakan seorang akhwat yang sedang menunggu bus tepat di depanku. Bukan maksudku berdiri tepat dibelakangnya, hanya saja ini adalah posisi yang paling strategis guna menghindari tiupan angin yang membabibuta. Setiap mataku mengikuti bus yang terus lewat, tak sengaja pandangan mataku singgah ke akhwat tersebut. Kelihatan lucu memang, memakai cadar, namun jilbabnya tak begitu sempurna menutupi. Terlihat dari warna yang selaras antara jilbab dan cadarnya, bahwa ia memotong seedikit jilbabnya untuk dijadikan cadar, agar sesuai dengan warna jilbab. Akhwat itu akhirnya mendapatkan mobil tumpangan yang akan ia naiki. Terdengar dari kondektur yang menyorakkan tujuan, Sabi'. Padahal, kalau kuperhatikan dari tadi, ada beberapa mobil yang menuju Sabi'. Tapi ia baru menaiki mobil ini. Hmm…, ternyata dia memilih mobil yang kosong, yang tak banyak penumpang prianya.
Bus yang dari setengah jam lalu kutunggu-tunggu tak kunjung datang. Terdengar alunan piano Akareboshi berasal dari saku celanaku. Ternyata itu hanya pesan kalimni1 dari Taufik. Memang awalnya kami telah janjian untuk pergi bersama ke Husein; kawasan dekat kuliah, untuk menghadiri acara reunian Gen 18th. Gen 18th, generasi yang kompak dan solid. Kami pernah mengikrarkan janji bahwa akan selalu bersama hingga kapanpun. Maka dari itu, sesekali kami mengadakan acara kumpul-kumpul agar lebih hangat sambil membicakan beberapa persoalan. Lagi, Nokia 6120ku berbunyi, kali ini aku benar-benar menanggapai dan harus mengorbankan pulsa.
"Haik, mossi-mossi, Opick san ima dokko ni?" dengan lagakku, bicara dengan bahasa negeri matahari terbit, yang baru saja aku pelajari.
"Oi…, matte o." Taufik menjawab dengan kalimat yang selalu ia sebutkan yang sama sekali tak nyambung.
"Pik, lagi dimana?" aku menegaskan dengan bahasa ibu.
"Ana lagi di Zahra', dari tadi nungguin bus, tapi ga datang.
"Jadi, gimana?" aku bertanya balik.
"Ya alternatifnya kita naik mini bus 132 aja, nanti turunnya di Nury Al Khitab."
"Oke deh kalo gitu." Aku menjawab dengan sedikit lega.
            Setelah hampir setengah jam, barulah Taufik datang dengan mini bus itu. Taufik memberi isyarat bahwa ia ada di dalam bus. Aku pun segera mengambil langkah.
***
            Magrib tiba, bertepatan saat kami turun di Nury Al Khitab. Tempat yang stategis untuk menunggu bus tujuan Husein/ Darasah. Tampaknya penantian panjang terulang kembali, lebih dari 15 menit, bus yang kami tunggu tak kunjung datang. Sementara magrib hampir tiba di penghujung waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk sholat Magrib dahulu. Setelah sholat usai, penantian pun berlanjut. Kami tak mendapati satu pun bus menuju Darasah. Yang ada cuma bus 926, yang hanya mengantarkan sampai Bu'uts. Tak ada pilihan lain, kami pun meneruskan perjalanan dengan bus 926 yang super sesak dengan padatnya penumpang. Padahal, setiap angkutan umum di mesir, para supir sudah mendapatkan gaji yang mencukupi, tapi entah apalah yang diharapkan supir bus ini, hingga memasukkan penumpang sebanyak mungkin hingga laju bus pun semakin berat.
            Bersatu padu dengan aroma khas mesir membuatku mual tak tertahankan, ditambah lagi ocehan kondektur yang memaksa penumpang bergeser kedepan dengan hujah yang sama setiap saat, 'arabiyah fadi'.2 Terjadilah perdebatan yang tak semestinya wajar disebut sebagai percakapan biasa dengan penumpang. Kondektur yang bersorak-sorak bagaikan panglima perang mengumbarkan semburan air liur menghujani penumpang di depannya. Aku hanya mematung, diapit dua raksasa di sampingku. Sedangkan Taufik duduk di besi tempat biasa penumpang berpegangan di kursi paling belakang.
            Kesesakan itu berakhir di Buuts dengan jumlah penumpang yang sama sekali tak berkurang. Malam yang menjelang memaksa cacing-cacing dalam perutku menari-nari meminta suplemen. Jika membeli makanan berat, yang ada hanya 'Isy. Niat hendak membeli pun terabaikan karena mobil 80 coret datang. Tanpa berhenti kami langsung lompat ke bus tersebut. Dari sekian angkutan yang kami tumpangi mungkin baru kali ini mendapatkan bangku kosong. Namun sayangnya dalam rute yang terlalu singkat, sedangkan kami hampir sampai. Kusempatkan untuk melirik ke jam tanganku. Jarum jam hampir mendekati arah angka 7, karena aku berangkat tepat jam 4. Jika dikalkulasikan mungkin perjalananku malam ini dengan Taufik memakan waktu hampir 3 jam. Padahal dalam perjalanan biasa ke Darasah hanya memakan waktu lebih kurang 45 menit. Sungguh sangat menghabiskan waktu
            Malam di Husein benar-benar membuat perut ini menyanyikan irama musik tak bernota. Taufik dengan tangan ringannya langsung mengeluarkan gineh³ untuk membeli Kibdah4 tepat di dekat mahathah5 terakhir kami turun. Rasa lapar ini begitu membabi buta. Setelah Bismilllah, sekarang giliran rongga mulut ini yang beraksi. Gigitan pertama mungkin tak berasa apa-apa, karena 'Isy, memang rasanya hambar. Namun setelah lidah ini bertemu dengan Kibdah yang dilapisi 'Isy, sejuta kenikmatan terpancar di sana. Serasa ini adalah makanan yang paling lezat yang pernah aku rasakan di mesir. Bahkan mengalahkan makanan kegemaranku sekalipun; Pizza ala Mesir. Setiap gigitannya mengeluarkan rasa renyah bercampur pedas, rasa asin yang dikeluarkannya membuat lidah ini terasa kelu. Paduan bumbunya terasa sempurna. Aku jadi teringat salah satu masakan nusantara; gulai kambing. Ya ini terasa bagaikan gulai kambing. Ini kali pertama aku mencicipi makanan mesir yang lezat lagi ekonomis. Tampaknya ini akan menjadi tempat makanan terfavoritku saat ini.

***
            Kepenatanku yang begitu panjang kulampiaskan diatas kasur berselimutkan kehangatan Santamora, setelah sampai di Piramyd; rumah Eddo, Fandi, Doni, Rafki dan Inas. Perjalanan 3 jamku terasa sia-sia, setelah mengetahui bahwa reunian kami telah berakhir dan sebagian teman-teman dari tetangga sebelah pun telah pulang. Tapi satu yang tak kulupakan dari perjalanan itu, Kibdah. Mungkin setiap aku pulang dari kuliah akan kusempatkan diri ini untuk sekedar mencicipi Kibdah itu.
Namun ternyata setelah beberapa kali aku membeli Kibdah di tempat yang sama, aku tak menemukan rasa yang nikmat seperti yang pernah kucoba malam itu. Padahal masih ditempat yang sama dan penjual yang sama. Hanya saja yang membedakan ketika itu aku merasakannya dalam keadaan setelah aku bersusah payah melakukan perjalanan panjang plus melelahkan. Barangkali itu adalah nikmat yang diselipkan Allah ke dalam lidahku agar kepenatanku hilang terlupakan. Walaupun rasa tak tertinggal kekal di lidah, namun aku tak kan melupakan, bahwa saat itu aku pernah merasakan Kibdah yang lezat.

Kalimni: please call me
Arabiyah fadi: mobil masih kosong
Kibdah: makanan khas mesir, roti 'Isy berisikan hati
Mahathah: terminal


Seseorang yang masih belajar menulis; Rudi Candra Putra.




Jumat

Kumpul Generasi 18 di Al Azhar Park, dan Pemilihan Kapten Baru

Kairo::: Laba-laba (Dec'09)

ditulis oleh: Afdhal Sy


Sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan, satu persatu personil generasi 18 yang di mesir memasuki gerbang Al-Azhar Park atau yang lebih dikenal dengan Hadiqah Al-Azhar, acara yang digagas pada awalnya oleh beberapa ikhwah ini, dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Desember 2009.

Dari 18 orang generasi 18 yang berada di Mesir, hanya dua yang terpaksa absen dalam kegiatan ini, masing-masing karena alasan kesehatan dan sedang mengikuti ujian Al-Quran.

Acara ini diawali dengan keliling taman sambil berfoto bersama hingga waktu magrib tiba, dan setelah melaksanakan shalat magrib berjamaah, dilanjutkan dengan tukar pikiran dengan duduk melingkar di sebuah lapangan yang ada di taman ini, dan dalam sesi yang dipandu oleh M Rafqi Amin ini seluruh anggota diberi kesempatan berbicara untuk menyampaikan uneg-uneg dan usulan-usulan untuk memajukan dan menambah kekompakkan generasi 18 di Mesir, dan disini juga seluruh generasi 18 juga menyatakan impian dan cita-cita mereka untuk motivasi bagi yang lain, dan agar sesama mereka saling mengingatkan supaya tidak keluar dari tujuan mereka datang ke Negeri para Nabi ini.

Diakhir acara ini, generasi 18 juga berhasil mengangkat seorang kapten baru yang akan menakhodai generasi 18 selama di Mesir, dengan terpilihnya Fakhru Ridho sebagai kapten baru, seluruh generasi 18 bersedia akan mematuhi seluruh kebijakan kapten baru yang berkaitan dengan ke-delapanbelas-an. Dan juga telah merumuskan beberapa perencanaan seperti rihlah, pembuatan baju kompak dan video yang akan ditindaklanjuti setelah ujian ujian term awal selesai.

Dan sebelum berpisah untuk menuju rumah masing-masing, generasi 18 menyepatkan diri untuk berpose bersama di depan gerbang taman yang dihiasi dengan lampu-lampu yang indah.