Rabu

Laba-laba Punya Cerita


Ahram Expedition Part 2

Mentari pagi musim semi mulai menanjak naik. Teriknya mulai terasa walau belum begitu panas, setelah empat bulan belakangan diselimuti suasana dingin. Tapi dari hari ke hari suhunya mulai kembali naik, walau masih cenderung dingin.Cairo medio Maret 2011. kawasan Ramsis cenderung sepi, berbeda dari hari-hari sebelumya. Kendaraan yang berlalu-lalang bisa dihitung dengan jari. Karena hari itu warga Mesir terkonsentrasi di TPS (Tempat Pemungutan Suara) melangsungkan referendum, tindak lanjut dari Revolusi 25 Januari.
       Sesuai kesepakatan yang telah di 'enter' oleh kapten Anak Rantau, hari itu seluruh anggota laba-laba yang tersisa di Kairo menargetkan petualangan menaklukkan negeri padang pasir ini. Target misi kali ini adalah piramid. jadilah misi ini berjudul "Ahram expedition part 2". Memang sih, Ahram part 1 telah sukses membawa pulang kenangan manis pahit dan nyaris menelan korban, tapi sepertinya Laba-laba masih penasaran. Alasan lain, di part 1 tak seluruh laskar laba-laba bisa ikut serta. Visi expedisi ke 2 ini dalam rangka menghibur hati mereka yang tak jadi dievakuasi, dan menebus kegagalan Singgalang Expedition yang telah direncanakan jika evakuasi terlaksana. Tapi rencana Allah lah yang berlaku.
Rencana ini sempat mengendap tanpa kejelasan pasti dari kapten. Dana yang dialokasikan pun mulai menyusut dengan sendirinya, namun pencetan tombol enter sang kapten  akhirnya merampungkan rencana itu sampai pada titik terangnya.
"Pukul 9 teng kita sudah ngumpul di depan Mesjid Fath Ramsis. Ok Boy!" Instruksi sang kapten, selanjutnya "di-insya Allah-i" oleh para laskar.
Pagi yang direncanakan. Jam telah menunjukkan angka 09: 50 CLT.
 Tiga orang pemuda mondar-mandir gelisah di pelataran Mesjid Al-Fath,Ramsis.
"Tuh kan, koe bilang juga apa? Ternyata kita yang malah datang paling awal".(besungut-sungut)
"He-eh, kirain kita dah telat. Soalnya tadi si kapten nelfon, katanya dah ada yang nyampe. Beug... taunya..." (kesal)
"Ah, biasa lah, jam karet. Biasanya kan begitu, selalu ada tambahan 2 jam dari jadwal". (mencoba memahami)
"Kayaknya udah jadi standar waktu yang baku nih". (nyengir)
"Kali..." (pasrah)
"Beginilah resiko jadi orang tepat waktu. Selalu jadi tumbal." (nah lho?)
"Ow, begitu ya?" (????)
Satu jam pun berlalu. Dari luar pagar kelihatan beberapa kepala sibuk celingak-celinguk, mencari-cari sesuatu. Ah, ternyata si Kapten dengan "orang-orang"-nya. Ternyata ada Aziz juga, si bocah Ghinea yang sempat di gosipin soulmatenya kapten, karena saking akrabnya.(hehe sorry ten)
"Ahlaaan.." (basa-basi khas Masisir yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi) (bersalaman//berpelukan)
"Weih, lah lamo tibo?"* (tanpa merasa bersalah)
"Udah dari tadi. Katanya jam 9" (jengkel)
"Hee...ma'leisy".** (satu lagi tameng pelindung dari segala dakwaan yang laris manis di negeri ini)
"Kapten,kok perasaan ada yang kurang ya? (menghitung 1, 2, 3...)
"O, Idon? Dia nggak ikut. Katanya sakit." (dengan nada tak yakin)
"Ck...ck.., katanya tho? Alasan kali. Paling lagi malas aja tuh." (kesal)
"Katanya (lagi) dah pernah ke Pyramid, bosan." (alasan baru)
"Hufft. Permasalahannya bukan pernah-nggak pernahnya. Tapi cuma kebersamaan aja. Yang lain juga dah sering kok ke sana. Tapi ini kan moment kebersamaan" (kecewa)
"Setuja..." (yang lain mengamini)
"Hmh, terserah lah. Barangkali tak terlalu penting.." (ngeper, maksain diri untuk memahami)
 Hening. Sementara di jalanan deru kendaraan mulai ramai. Teriakan pedagang asongan dan kaki lima makin riuh memenuhi pelataran Ramsis Square.
"Yang lain gimana?"
"Duet Almakki, katanya dah di perjalanan.
"Kepala sekolah, katanya tadi baru mandi."
"Wha?! Dasar! Anak ini dari dulu masih tak berubah." (jengkel)
"Emang dia lagi di mana sih?" (heran)
"Di Rumah Cinta. Katanya penghuni rumah cinta ikut gabung."
"Huh, kebiasaan. Jangan-jangan ntar mau menikah juga begitu." (kesal)
"Ya udah, mending bayar registrasi dulu dah. Ayo,keluarkan duitnya." (mulai terjadi pemalakan)

Sembari menunggu yang lain kawanan menyempatkan diri berpose sejenak di depan Al-Fath untuk mengusir kebosanan.
"Blitz! Blitz!"
Berfose sejenak, sembari menunggu
di mesjid Al-Fath

Tak lama datang lagi duet Al-Makki, celingak-celinguk tanpa merasa bersalah. Disambut teriakan koor: "Eeee... malah baru datang." Yang diteriakin malah nyengir.
Akhirnya duet itu ikutan narsis juga.











        Pukul 11 Siang.
Tiga makhluk datang melenggang, senyam-senyum tanpa dosa.
"Heeee, iko nyo ha. Baru tibo nyo baru! jam bara janji patang?" *** (langsung semprot)
"Eh, ane kan janjinya bakal datang paling lambat jam 11." (masih sempat-sempatnya membela diri)

__***__

Akhirnya perjalanan dimulai dengan Metro "Indomie" jurusan giza. Saya menamainya Metro Indomie karena dinding bagian luar metro ini dipenui dengan iklan Indomie. (jadi kepengen makan nih)

Metro melaju kencang menembus lorong bawah tanah, melewati halte demi halte. Tak memakan waktu terlalu lama untuk mencapai halte Giza. Di sini para laskar ikut berdesakan keluar metro. Berjalan keluar, menuju halte bis. Baru saja keluar pintu disambut seorang Om-Om, yang dicurigai sopir angkot, guide. atau apalah. Tapi kami tak ingin berbasa-basi dengan si Om ini, walau dia terus ngobrol menjelaskan ini-itu. Barangkali dia 'berbaik sangka' bahwa kami adalah rombongan bule yang belum tahu seluk beluk Kairo. Si Om tak terlalu kami ladeni, soalnya tak mau mengambil resiko dia minta bayaran. Kami terus berjalan tanpa mempedulikannya.


Perjalanan dari metro Giza ke kawasan Ahram lumayan jauh. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Di sini gerah mulai terasa. Karena daerah ini merupakan kawasan sahara yang tandus, ya tentu saja panas. Konon cerita dari orang-orang, meskipun pada musim dingin, tapi kawasan ini tetap panas. (harap maklum)
Minibus yang ditumpangi terus melaju. Seloroh, komentar miring, dan tawa cekikan hingga tawa ngakak terus menemani perjalanan. Pokonya rame dah.Pokoknya ramai dan gaduh, sementara penumpang lain tak terlalu banyak bersuara. Ya, itulah uniknya laba-laba, selalu punya banyak tema untuk ditertawakan, beda dari yang lainnya. Nggak peduli dimana, atau kapan. yang penting 'cheer'. Dan kondisi inilah yang membuat cinta antar personal selalu hangat. (cieeh, lebay.org)

      Kumandang adzan Zhuhur menyambut kedatangan rombongan di kawasan Ahram. Sebuah piramid  berdiri kokoh di depan mata, menebar aura wibawa penuh senioritas. (lha! apa hubungannya?). Inilah piramid, bangunan klasik peninggalan peradaban tua dunia. Kuburan para Fir'aun yang menjadi ikon kebanggaan negeri pharaoh ini.
Masih butuh berjalan kaki beberapa puluh meter untuk bisa sampai di gerbang komplek Ahram.

"Emm...Masuknya lewat pintu depan apa pintu belakang?" (???)
"Engg... nggak tau juga. Emang apa bedanya?"
"Kalau lewat pintu depan, kita langsung ketemu Sphinx. Kalo lewat pintu belakang yang pertaa kali kita temui adalah gurun, setelah itu piramid. Dari sini kita bisa santai menyusuri jalan menurun aja." (kata orang-orang yang dah pernah ke sana)
"Ane juga nggak tahu yang mana pintu depan, yang mana pintu belakang. Ah yang penting sekarang kita dah nyampe piramid, terserah pintu mana aja." (pusing-pusing amat)
"Ye lah..."

__***__

usai sholat zhuhur
Usai sholat Zhuhur, rombongan langsung menuju gerbang Ahram, memesan tiket. Alhamdulillah dengan modal kartu Aladin (kerneh= kartu mahasiswa, serba guna) bisa dapat tiket 30 Pound setelah didiskon. Mulai dari sini aksi jepret-jepret dan narsis-narsisan dimulai. Mulai dari sini juga beberapa orang melakukan pedekate, meluluhkan hati siapa saja untuk berbaik hati memindahkan isi kantongnya menjadi hak milik mereka. Mulai dari bocah penjual postcard bergambar piramid, penjual baju bergambar piramid juga, souvenir ala piramid lagi, pokoknya selalu ada embel-embel piramidnya. Bahkan 'Ammu-'ammu *- penyedia jasa kuda dan unta pun tak berputus asa menawarkan hewan-hewan mereka untuk ditunggangi. Bahkan lebih parah tuh hewan juga ikut pasang tampang ngarep. (bia gratis nggak ya Ammu?)
di depan gerbang Pyramid Area







Puas berpose di depan Sphinx dan piramid kawanan ini neneruskan perjalanan melewati tanjakan. Tujuan utama adalah kawasan Pamorama. Konon ceritanya (lagi) dari sana pemandangan piramidnya sangat menarik. Sementara aksi jepret sana sini tetap berlangsung selama perjalanan, bahkan sempat mampir ke sebuah castille, kuburan tua yang ada di pinggiran jalan. Dan 'ammu-'ammu penyedia jasa unta dan kuda tadi terus mengikuti membuntuti, sambil menawarkan hewan-hewannya, dengan harga-harga yang tak pernah tetap. Sudah berkali-kali ditolak dan danabaikan. Tapi mereka tak mau berhenti berharap. (ih, bandel juga nih orang)

Akhirya transaksi tawar menawar pun tak dapat dielakkan. Si Ammu penyedia jasa unta sukses mendapatkan rezkinya. Berkat kegigihan (hmh. begitu ya?). 20 pound per unta. bisa keliling piramid, sampai ke panorama (walau panoramanya versi si 'Ammu penyedia jasa unta itu). Setelah harga cocok, masing-masing menemukan pasangannya (karena 1 ekor unta porsinya untuk 2 orang), eh ternyata berlebih 1 orang, si Aziz. Akhirnya yang satu orang jadi rezkinya si abang empunya kuda yang tadinya nyaris apes. (memang Allah benar-benar adil)
Ibarat serombongan kafilah berunta yang dipimpin seorang panglima berkuda, rombongan menyusuri sahara yang panas itu. 6 ekor unta dan 1 kuda melenggang dipandu tuannya, agar tidak kabur."Woow...Fantastis! Begini toh rasanya naik unta..." (^_^)
Tapi tak terlalu beresiko ketimbang naik kuda pacu tempo hari. yang nyaris menelan korban.
Dan aksi saling memotret kembali berlangsung seru sepanjang perjalanan.

"Blits! Blits!Di sini, di sini... Blitz! (begitulah) ^_^






Azan Ashar pun berkumandang membahana di sahara itu. Kafilah laba-laba berunta sampai di perhentian dengan senyum puas, walaupun belum sepenuhnya. Tapi bolehlah, sudah bisa menjawab andai ada yang bertanya; "Sudah pernah ke piramid? Sudah pernah mengendarai unta? bagaimana rasanya? Bla.. bla.. bla..."

Petualangan yang cukup melelahkan,tapi Happy ending, walaupun pangeran Dav harus kehilangan N-6600 kesayangannya. Tapi mudah-mudahan Allah sudah mempersiapkan gantinya dengan yang baru. Soalnya 6600 dah terlalu lama banget umurnya. Sabar ya bro...

Matahari lelah mulai kembali ke peraduannya. Kita sudah lelah, tak sanggup lagi melanjutkan ke rute berikutnya, kecuali pulang ke rumah dan .. tidur. tapi sebelum pulang, usai shalat Maghrib di Al-Fath, ngumpul dan bercengkrama sebentar di taman Ramsis, menikmati sepotong Dynamit (Wha!!!),dan beberapa snack, sekedar energi darurat menjelang sampai di rumah. Dan tak lupa,,, Foto-foto lagi.
Okeh.. sampai di situ dulu ya... tangan dah pegal nih.


Wassalam See u di Cerita berikutnya.

Di sela-sela debu panas sahara, Giza-Cairo.
20 Maret 2010
laskar bangsa/Cairo/ harun/ 18

Catatan: *   Dah lama nyampe?
       **  Ma'af (bahasa 'ammiyah Mesir)
       *** Hee..Ini dia nih, malah baru datang. Emang janji kemaren jam berapa sih?
       *-  'Ammu = sebutan uang berarti paman, berlaku umum di kalangan Mesir. Seperti panggilan "pak"        

Tidak ada komentar: